Kamis, 14 Agustus 2008

Salat dan Hikmah yang Terkandung di dalamnya

Apa salat itu? ”Salat ya… seperti yang biasa kita lakukan setiap hari itu.” Mungkin inilah jawaban yang akan kita dapatkan. Banyak diantara kita yang hanya tahu salat karena biasa melakukannya, biasa melihatnya, namun belum mengetahui definisinya secara komplit.

Lalu apa sebenarnya salat itu? Dalam kitab Fath al Mu’in dijelaskan bahwa makna salat secara bahasa adalah do’a. Jadi, ketika kita berdo’a kepada Allah SWT, maka itu dinamakan salat. Adapun definisi salat secara syara’, sebagaimana diungkapkan lebih lanjut dalam kitab Fath al Mu’in, adalah bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan yang didahului dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Salat sendiri ada yang diwajibkan dan ada pula yang sekedar sunah untuk melakukannya. Adapun salat yang diwajibkan ada lima yaitu salat subuh, dhulur, ashar, maghrib, dan isya’. Sedangkan salat yang hukumnya sunah ada banyak sekali, diantaranya ada yang muakad (ditekankan untuk dilakukan), dan ada pula yang ghairu muakad (tidak begitu ditekankan untuk dilakukan).
Allah SWT memberikan perintah kepada kita untuk melakukan salat lima waktu pada malam Isra’ Mi’raj atau tepatnya pada malam tanggal 27 Rajab, melalui nabi kita Muhamad SAW. Bulan Rajab adalah satu di antara bulan yang istimewa. Rajab adalah salah satu diantara empat bulan mulia atau asyhur al-hurum. Secara khusus disunnahkan untuk melakukan puasa pada bulan tersebut. Pada bulan inilah, sekitar 14 abad yang lampau, Rasulullah menerima wahyu kewajiban sholat lima waktu melalui serangkaian perjalanan kilat dari Masjid al Haram ke Masjid al Aqsha, kemudian dilanjutkan naik ke tujuh lapis langit, sebagimana sering kita dengar kisahnya. Rasulullah menerima kewajiban shalat lima waktu ini sebagai sebuah penghormatan dan anugerah dari Allah SWT. Awal mula, Allah mewajibkan 50 kali shalat dalam sehari semalam. Bisa kita bayangkan bila hal itu benar-benar terjadi. Tentu tiada hari tanpa salat. Sebab, jika kita hitung secara matematis satu hari itu ada 24 jam, dan setiap jam itu ada 60 menit. Jika kedua bilangan itu kita kalikan maka hasilnya adalah 1440. Dan 1440 jika dibagi 50 maka sama dengan 28,8. Jadi, andaikan saja salat wajib yang harus kita lakukan itu sebanyak 50 kali setiap hari, maka kita wajib melakukan salat kurang lebih setiap 28,8 menit sekali. Lalu siapa yang sanggup melakukannya? Nabi Muhamad SAW tahu bahwa umatnya tidak akan sanggup melakukannya, sehingga beliau meminta keringanan kepada Allah SWT hingga akhirnya sedikit demi sedikit Allah memberikan keringanan hingga tersisa lima kali dalam sehari semalam, dengan kadar pahala yang tak berkurang.
Shalat adalah amalan paling utama setelah dua kalimat syahadat. Dengan kesempurnaan shalatlah, keseluruhan amal seseorang akan menjadi baik dan berguna sehingga berbuah manis serta kebahagiaan di akhirat. Jika seseorang menyempurnakan shalatnya, maka dia akan beruntung dan diterimalah semua amalan kebaikannya, dan sebaliknya, jika shalatnya terbengkalai, maka dia akan merugi, dan amalan kebajikan lainnya tidak akan banyak berguna. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
Artinya: "Sesungguhnya amal seorang hamba pertama kali yang dihisab di hari kiamat adalah sholatnya. Jika sholatnya baik, maka dia beruntung dan akan selamat, dan jika sholatnya rusak, maka maka dia akan merugi. Jika dalam sholat fardlunya terdapat kekurangan, maka Tuhan subhanahu wa ta'ala berkata: 'Telitilah, apakah hambaku melakukan shalat sunnah, sehingga dengannya, kekurangan shalat fardlunya akan disempurnakan?. Begitulah seterusnya amal-amal yang lain."
Allah Yang Maha Bijaksana menyari'atkan sholat sebagai kewajiban yang harus dipenuhi hamba-Nya, tidak lain hanyalah untuk kepentingan dan kemaslahatan hamba-Nya. Setidaknya, terdapat tiga hikmah yang terkandung dalam penyari'atan shalat. Pertama, shalat sebagai pembasuh dosa-dosa yang melumuri seorang hamba. Karena sebagai hamba, selayaknyalah mengabdi dan berbakti hanya kepada Tuhannya. Namun pada kenyataannya, manusia adalah makhluk lemah, penuh salah dan dosa. Maka, sebagai pembasuh dosa-dosanya, manusia perlu melakukan kontak batin dengan Tuhannya, bermohon ampunan dan petunjuk-Nya setidaknya lima kali dalam sehari semalam. Jika secara konsisten shalat dilakukan sesuai dengan etika lahir batinnya, maka seorang hamba seperti layaknya orang yang mandi lima kali sehari. Betapa bersih tubuhnya dari kotoran-kotoran dan debu. Betapa segar tubuhnya dari keringat dan peluh selama seharian. Rasulullah SAW. bersabda:
Artinya : "Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai yang meluap airnya di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, dia mandi di sungai tersebut setiap hari lima kali."

Kedua, shalat sebagai pengendali hawa nafsu dan mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya : Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Al Fakhrur Razi dalam tafsirnya memberikan penjelasan bahwa shalat bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar dengan dua syarat, pertama, keikhlasan dalam menjalankannya, kedua, hudlurul qalbi atau khusyu'. Selanjutnya, Ar-Razi memberikan ilustrasi tentang sisi-sisi bagaimana seseorang yang melakukan sholat dengan dua persyaratan tadi akan terhindar dari perbuatan keji dan kemungkaran. Diantaranya adalah bahwa seseorang yang menjadi pelayan raja yang telah banyak memberikan anugerah kebaikan kepadanya, sementara sang raja tahu bahwa si pelayan seringkali melakukan kesalahan dan pembangkangan, maka mustahil jika si pelayan akan menjadi orang yang dekat dengan sang Raja tanpa menunjukkan keikhlasan pengabdian dengan kepatuhan yang tulus. Maka seorang hamba Allah akan menjadi hamba sejati jika dia istiqamah mendirikan sholat.
Dalam bagian lain Ar-Razi mengilustrasikan bahwa, seorang pekerja kasar seperti pembersih kandang, tukang sapu, atau profesi yang berkaitan dengan kotoran, ketika dia memiliki baju bagus, amatlah sayang jika ia memakainya saat menjalankan aktivitasnya sebagai tukang bersih kandang dan itu akan membuat kotor bajunya. Begitu halnya seseorang yang telah melakukan shalatnya dengan benar sesuai etika lahir batinnya, sehingga hatinya bersih dari kotoran-kotoran dosa, maka akan sangat sayang untuk melumuri hatinya kembali dengan perbuatan-perbuatan dosa.
Hikmah yang ketiga di antara hikmah shalat adalah sebagai kunci segala kebaikan, mulai dari barakah rizki, penggiat amal kebajikan, pengangkat derajat, pelebur amal kejelekan, serta penolak musibah bencana dan sebagainya. Karena shalat adalah dasar dari taqwa, sementara taqwa adalah pokok dari kesempurnaan. Allah berfirman:
Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayaKami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Dalam sebuah hadits dijelaskan:
Artinya; "Barangsiapa yang istiqamah melakukan shalat jama'ah lima waktu, maka Allah akan menganugerahiinya lima hal. Pertama, Allah akan menghilangkan kesempitan dalam penghidupan. Kedua, Allah akan menghilangkan siksa kubur. Ketiga, Dia akan menerima buku catatan amalnya di hari kiamat dengan tangan kanan. Keempat; Dia akan lewati di atas shirath (titian menuju surga) seperti halnya kilat yang menyambar. Kelima, Dia akan masu surga tanpa hisab (perhitungan amal)”
Sebaliknya apabila seseorang teledor dalam salatnya, niscaya amal-amal yang lain juga akan seperti itu. Dan seluruh amalnya tidak diterima di sisi Allah, akibatnya akan hilang barakah rizkinya, tidak nampak tanda kebaikan darinya serta yang paling celaka adalah Allah murka padanya. Sebagaimana hadis Nabi di bawah ini;
Artinya; “Siapa yang mempermudah (maremahkan) urusan salat berjamaah, niscaya Allah akan mengangkat (menghilangkan) barakah rizkinya, semua amalnya tidak diterima, akan dibelokkan dia dari kebaikan, dia akan dibenci oleh semua manusia, ruhnya dicabut dalam keadaan dia sedang lapar dan haus, dia akan di persulit dalam “sualul qabri,” kuburannya akan sempit dan gelap serta prhitungan amalnya akan berat di hari kiamat. Allah murka kepadamya dan akan memasukkannya ke dalam neraka sebagai balasannya”
Hanya umat Nabi Muhamad SAW saja yang diwajibkan melakukan salat sebanyak 5 kali dalam sehari. Sedangkan umat-umat terdahulu hanya diwajibkan untuk melakukan salah satu dari lima salat wajib. Tertulis dalam kitab Fathu al Mu’in sebagaimana diceritakan oleh Imam Rafi’i bahwa salat subuh adalah salatnya Nabi Adam, salat dhuhur adalah salatnya Nabi Dawud, salat ashar adalah salatnya Nabi Sulaiman, salat maghrib adalah salatnya Nabi Ya’qub, dan salat isya’ adalah salatnya Nabi Yunus.
Jadi tidaklah berlebihan jika Islam disebut sebagai agama yang sempurna. Sebab Islam memang menyempurnakan syari’at yang dibawa oleh nabi-nabi sebelum Nabi Muhamad SAW.

Tidak ada komentar: