Kamis, 14 Agustus 2008

Langit diatas Langit

Suatu ketika Nabi Musa as. berpidato di tengah-tengah kaumnya. Dalam pada itu mereka menanyakan tentang suatu hal. "Siapakah manusia yang lebih tahu wahai Musa?" kata mereka. Dan saat itu juga Nabi Musa menjawab pertanyaan dari kaumnya. "Akulah orang yang lebih tahu itu." Jawab Musa kepada kaumnya.
Sejak kejadian itu, Allah terus menegurnya, karena Nabi Musa sama sekali tidak menyandarkan segala pengetahuan yang Ia miliki kepada Allah Swt. Untuk itu Allah memberikan wahyu kepadanya. "Sesungguhnya seorang hambaKu yang berada di pertemuan dua buah lautan (Khidhir) lebih tahu daripada kamu." Firman Allah kepada Musa. Selanjutnya Nabi Musa as. bertanya: "Wahai Tuhanku, bagaimana aku dapat berjumpa dengannya?" Akhirnya Nabi Musa diperintah untuk membawa ikan paus dalam sebuah keranjang. Dan di mana saja ikan itu hilang, maka di situlah orang itu (Khidhir) berada.
Untuk keperluan itu Nabi Musa berangkat bersama salah seorang muridnya yang bernama Yusya' bin Nun. Dan tak lupa, Nabi Musa juga membawa serta ikan paus yang dimasukkan dalam sebuah keranjang. Dengan berjalan kaki mereka terus menelusuri luasnya bumi Allah. Hingga suatu saat, sampailah perjalanan mereka pada sebuah batu karang besar dan sangat keras, lalu keduanya tidur.
Sementara itu, ikan yang berada di dalam keranjang bergerak-gerak dan keluar dari keranjang lalu terjun ke dalam luasnya samudera. Allah menahan ombak laut, sehingga menjadi seperti jembatan supaya ikan tersebut dapat melintasinya. Melihat kejadian itu, Nabi Musa dan Muridnya keheranan.
Setelah itu mereka meneruskan perjalanannya untuk mencari tempat yang belum juga mereka temukan. Namun, muridnya lupa tidak menceritakannya. Dan ketika pagi hari telah tiba, Nabi Musa berkata kepada muridnya:
"Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini."
Dan Yusya' bin Nun, muridnya berkata:
Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."
Kemudian Nabi Musa berkata:

"Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula."
Karena itu keduanya kembali ke tempat semula. Setelah sampai di sana Musa melihat sosok lelaki yang sedang berselimut dengan sehelai pakaian, dan itulah Khidhir yang dicari-cari.
Nabi Musa mencoba untuk memberikan salam kepadanya. Namun Khidhir malah balik bertanya kepada Musa: "Bagaimana mungkin ada salam di bumi ini?" Tanya Khidhir kepada Musa. Nabi Musa mencoba untuk memperkenalkan diri dengan Khidhir dengan berkata: "Aku adalah Musa." Namun, seperti semula, Khidhir malah balik bertanya: "Musa Bani Israel?" Nabi Musa pun mengiyakannya. Selanjutnya terjadilah dialog antara keduanya, sebagaimana diceritakan dalam al Quran, surat al Kahfi.
Khaidir berkata: "Sesungguhnya kamu memiliki salah satu ilmu yang telah diberikan Allah kepada kamu dan aku tidak mengetahuinya. Sebaliknya aku juga memiliki salah satu ilmu Allah yang telah diberikan kepadaku dan kamu tidak mengetahuinya."
66. Musa berkata kepada Khidhir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.
68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun."
Khidhir pun menjawab pernyataan Nabi Musa tersebut sekaligus memberikan syarat kepadanya untuk bisa mengikuti Khidhir, sebagaimana disebutkan dalam al Quran surat al Kahfi ayat ke 70.
Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."
Nabi Musa pun menyetujui syarat yang diajukan oleh Khidhir. Selanjutnya mereka berjalan menelusuri tepi pantai sampai mereka menemukan sebuah perahu. Musa dan Khidhir bercakap-cakap kepada para penumpangnya dan meminta agar mereka bersedia memberikan tumpangan. Setelah mereka mengenali Khidhir, mereka bersedia untuk membawa keduanya tanpa meminta bayaran.
Namun, begitu keduanya telah berada di dalam perahu, tiba-tiba Khidhir mencabut papan pada perahu itu. Nabi Musa tidak tahan melihat apa yang sedang dilakukan oleh Khidhir, akhirnya Musa memprotes perbuatan Khidhir itu.
Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
Menanggapi protes Nabi Musa Khidhir hanya menegur.
Dia (Khidhir) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku."
Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku."
Sewaktu mereka berdua sedang berjalan-jalan di tepi pantai, mereka mendapati seorang remaja sedang bermain-main dengan kawan-kawannya. Tanpa berkata-kata Khidhir langsung memegang kepalanya kemudian membunuhnya. Lagi-lagi Musa tidak tahan melihat perbuatan yang dilakukan Khidhir, sehingga Ia tidak lagi menghiraukan peringatan Khidhir tadi. Sehingga ia menanyalakan kepada Khidhir tentang perbuatannya itu.
Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
Bukankah aku telah katakana kepadamu, bahwa kamu tidak akan sabar bersamaku? Jawab Khidhir pada Musa.
Selanjutnya Nabi Musa berjanji, jikalau Ia bertanya lagi pada Khidhir tentang sesuatu, maka ia tidak akan mengikuti Khidhir lagi.
Setelah itu, mereka berdua meneruskan perjalanannya ke sebuah negeri. Ketika mereka telah sampai di sana, mereka meminta jamuan kepada para penduduk. Namun tak seorang pun yang mau menjamu. Setelah itu, keduanya menemukan sebuah dinding rumah yang hampir roboh. Lalu Khidhir menegakkan dinding itu. Dan Musa berkata: "Jikalau kamu mahu, niscaya kamu mengambil upah untuk itu." Dan inilah pelanggaran ketiga kalinya, sehingga Khidhir mengatakan: "Inilah perpisahan kita. Aku akan memberitahumu tujuan perbuatan-perbuatanku yang membuatkan kamu tidak sabar terhadapnya."
Begitulah sekelumit cerita pertemuan antara Nabi Musa dan Khidhir. Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini. Sehingga Rasulullah Saw. Pernah bersabda yang artinya kurang lebih: "Semoga Allah merahmati Nabi Musa as. Aku amat suka sekiranya Nabi Musa as. dapat bersabar, sehingga beliau dapat menceritakan kepada kita tentang pengalaman mereka berdua." Rasulullah Saw. bersabda: "Tindakan Nabi Musa as. yang pertama memang kerana terlupa." Baginda RasuluLlah Saw. Juga bersabda: "Seekor burung pipit terbang lalu singgah di tepi perahu tersebut dan mematuk di laut. Lalu Khaidir berkata kepada Nabi Musa as.: "Ilmu kita, jika dikaitkan dengan ilmu Allah, adalah seperti patukan seekor burung pipit pada lautan." WaLlahu A'lam.


Tidak ada komentar: